Sundance Film Festival:Asia 2021, Asa dan Gairah Industri Film Indonesia
Dinginnya Rangga beradu dengan cerianya Cinta. Reaksi mereka seperti ikut menggelorakan perasaan setiap penonton bioskop kala itu. Termasuk aku tentunya. Ya, Ada Apa Dengan Cinta memang sepertinya menjadi salah satu film yang berhasil menggelorakan industri perfilman tanah air.
Dinginnya reaksi penonton Indonesia terhadap film lokal seperti terpecahkan dengan mulai memanasnya semangat para Sineas Indonesia sebagai imbas dari kesuksesan Film Ada Apa Dengan Cinta.
Siapapun masih ingat bagaimana gaungnya menjadi seperti sangkakala yang membangkitkan para insan pembuat film lokal untuk mengeluarkan segala kemampuannya dalam melahirkan berbagai karya terbaik.
Benar saja, setelahnya semakin banyak bermunculan film-film Indonesia yang tidak kalah bagusnya. Dan gaung ini juga sepertinya ikut menarik para penonton untuk semakin mencintai film lokal.
Membludaknya para penonton film Indonesia atau tiket yang laris manis diburu para penikmat film lokal. Para pembuat film lokal seolah berlomba melahirkan film-film baru untuk mengisi dinding showcase bioskop. Sehingga jadwal film tidak lagi didominasi oleh sinema-sinema barat.
Berbagai ajang festival film pun menggoda para insan bertalenta untuk mau belajar lebih dalam lagi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan industri perfilman. Bagaimana menghasilkan film yang digemari itu bukan hanya bagus dari segi alur cerita dan indahnya wajah para pemeran tapi juga bagus untuk semua unsur yang terlibat dalam sebuah film seperti pencahayaan, lokasi, dan musik.
Tidak heran banyak insan film yang meraih prestasi di berbagai ajang festival film tersebut. Bahkan film-film dokumenter lokal sekalipun banyak yang merebut hati para juri.
Namun kedatangan pandemi corona sepertinya mendinginkan dunia perfilman baik lokal maupun dunia. Ditutupnya bioskop menyebabkan sepinya penonton alhasil banyak proyek film yang mangkrak. Hal ini tentu saja lumayan menurunkan gairah kehidupan dan semangat para sineas Indonesia.
Untuk itulah pada tgl.23-26 September 2021 nanti, Sundance Film Festival:Asia 2021 menggelar program film sekaligus diskusi panel yang sudah sah diumumkan oleh Sundance Institute dan XRM Media dengan dukungan penuh dari IDN Media.
Perhelatan yang diadakan secara virtual ini nantinya bukan hanya diisi dengan acara diskusi panel saja tapi juga akan ada Pengumuman Best Short Film Jury Award for The Short Film Competition dan juga Intensive Workshop.
Diharapkan melalui Short Film Competition dan Workshop serta Diskusi panel akan semakin banyak talenta-talenta baru di bidang perfilman untuk kawasan Asia tenggara yang muncul dan dibina lebih intens untuk menghasilkan karya-karya spektakuler.
Nantinya bukan hanya pembicara lokal yang akan hadir pada kesempatan diskusi panel tersebut tapi juga dari mancanegara. Selain pada situs resmi Sundance Collab, Platform media sosial Tiktok juga menjadi wadah virtual diselenggarakannya Diskusi Panel ini melalui akun resmi @SundanceFFAsia.
Berikut ungkapan dari Kim Yutani dan William Utomo tentang harapan mereka pada perhelatan Sundance Film Festival:Asia 2021 ini :
“Bersamaan dengan berkembangnya film-film fiksi dan dokumenter di Indonesia, kami begitu antusias terhadap peluncuran Sundance Film Festival: Asia edisi pertama kami,” ungkap Kim Yutani, Direktur Pemrograman di Sundance Film Festival, “Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk dapat membawa semangat independen Sundance ke komunitas film yang dinamis di Indonesia. Semoga, kami dapat terhubung dengan penonton lokal dan mendukung seniman Indonesia melalui intensive workshop dan panel discussion yang kami selenggarakan.”
William Utomo, COO IDN Media, menambahkan, “Sundance Film Festival: Asia 2021 akan menghadirkan serangkaian program yang intensif dan komprehensif. Harapan kami, para sineas di Indonesia dan regional dapat bertukar wawasan baru mengenai industri perfilman melalui program-program tersebut. Selaras dengan visi IDN Media untuk terus memberi #PositiveImpact bagi masyarakat, Sundance Film Festival: Asia 2021 berkomitmen untuk menemukan bakat-bakat baru di Asia Tenggara, kemudian menghubungkan mereka kepada para pakar di industri perfilman.”
Ya, melalui serangkaian acara-acara yang diadakan kita bisa berharap bahwa ini bukan hanya sebuah ajang untuk menonton film saja. Tapi yang lebih dari itu adalah dapat menjadi semacam titik balik kepada gairah & semangat kebangkitan film Indonesia dan sekaligus menjadi jembatan para pendatang baru berbakat di dunia perfilman khususnya di Asia Tenggara dengan para tokoh yang sudah malang melintang dengan pengalaman segudang di dunia industri perfilman.
Adapun film-film yang akan dihadirkan pada Sundance Film Festival:Asia 2021 ini terdiri dari empat film naratif dan juga empat film dokumenter yaitu:
- Amy Tan : Unintende Memoir
Film Dokumenter asal USA yang disutradarai oleh James Redford dan diproduseri oleh Karen Pritzker dan Cassandra Jabola. Bercerita tentang Amy Tan, seorang sastrawan Amerika dan juga tentang warisan trauma para perempuan dengan pengalaman pahit akibat tradisi pergundikan di Tiongkok.
- The Dog who wouldn’t be quiet
Film Naratif asal Argentina yang disutradarai oleh Ana Katz yan sekaligus bertindak sebagai produser dan penulis naskah bersama Laura Huberman dan Gonzalo Delgado. Bercerita tentang bagaiamana Sebastian, pria berusia tigapuluhan bisa menjadi pribadi yang baru setelah melalui pengalaman yang selalu menemukan cintanya dalam berbagai kesempatan hidup.
- Try Harder.
Film Dokumenter asal USA ini di sutradarai oleh Debbie Lum yang bertindak juga sebagai produser bersama Lou Nakasako dan Nico Opper. Bercerita tentang orang-orang yang dianggap culun, masyarakat Asia-Amerika, persaingan masuk perguruan tinggi, sampai tentang orkestra sebagai kegiatan yang dianggap berkelas.
- John and The Hole
Film Naratif asal USA yang disutradarai oleh Pascual Sisto dan diproduseri Elika Portnoy, Alex Orlovsky, dan Mike Bowes, lalu ada Nicolas Giacobone bertindak sebagai Penulisa Naskah. Berceita tentangseorang anak bernama John yang mengalami proses pendawasaan telah membuat keluarganya tertahan didalam sebuah lubang.
- Luzzu
Film Naratif asal Malta yang disutradarai oleh Alex Camilleri sekaligus sebagai penulis naskah dan diproduseri oleh Alex Camilleri sendiri bersama Rebecca Anastasi, Ramin Bahrani, dan Oliver Mallia. Bercerita tentang perjuangan seorang nelayan asal Malta bernama Jesmark yang mempunyai pacar dan bayi yang harus dinafkahi bahkan sampai dia masuk ke dalam pasar gelap perikanan.
- Passing
Film Naratif asal USA yang disutradarai oleh Rebecca hall sekaligus sebagai penulis skenario dan juga bertindak sebagai produser bersama Forest Whitaker, Nina Yang Bongiovi, dan Margot hand. Film ini mengambil setting New York tahun 1920-an dan pengalaman hidup di masa segregasi dari dua perempuan kulit hitam.
- Users
Film Dokumenter asal USA dan Mexico ini disutradarai oleh Natalia Almada dan diproduseri oleh Elizabeth Lodge Stepp, dan Josh Penn. Berceita tentang kegalauan seorang Ibu yang merasa tidak sempurna setelah melihat betapa anak-anaknya begitu mencintai seorang Ibu sempurna yaitu teknologi canggih dalam keseharian hidup mereka.
- Writing with Fire
Film Dokumenter asal India ini di sutradarai oleh Rintu Thomas dan Sushmit Ghosh yang keduanya juga bertindak sebagai produser. Bercerita tentang Dalit ang menginisiasi atas munculnya sebuah kekuatan baru yang mendobrak batas dan dominasi laki-laki yang lazim dalam tradisi India.
Sementara dalam Diskusi Panel nantinya akan ada beberpa topik tambahan seperti :
- Film Outlook – Industri film Indonesia dari tahun 2016, era pandemik, hingga potensi yang mungkin terjadi pasca
pandemik. Topik ini dipersembahkan oleh IDN Media. - Women in Film Industry yang dipersembahkan oleh IDN Media.
- The Directors – Festivals and the Pathway to Success yang dipersembahkan oleh IDN Media.
- Asia Documentary Filmmakers, diikuti dengan sesi tanya jawab bersama Programmer Sundance Festival, Kim
Yutani & Heidi Zwicker dalam Percakapan dengan Sundance Film Festival. - Indonesian Short Filmmaking.
Untuk ajang kompetisi Short Film Competition sendiri sudah mengantongi 160 film pendek melalui seleksi dan mengerucut menjadi 10 finalis terpilih.
Program pelatihan bakat-bakat baru dalam dunia perfilman nantinya ada pada Sunadance Film Festival : Asia Intensive Program. Pelatihan yang diselenggarakan secara virtual selama 2 hari ini akan diisi oleh 6 mentor filmmaker yang berasal dari Indonesia, Filipina, Singapur, dan Kamboja.
Buatku, acara Sundance Film Festival:Asia 2021 ini cukup membangkitkan gairah dan semangat para Sineas Indonesia dan juga bakat-bakat baru di dunia perfilman lokal. Bukan hanya menjad ajang pertunjukan karya tapi juga menambah wawasan dan ilmu sekaligus terhubung dengan pakar-pakar di dunia industri film. Masyarakat umum pun ikut dilibatkan dalam mengapresiasi karya mereka. Platform Tiktok yang dipilih sebagai media untuk menayangkan beberapa acara juga sebagai pilihan tepat mengingat saat ini masyarakat Indonesia banyak mengakses Tiktok.
Jika kamu juga ingin merasakan euforia ini dan menyaksikan penuh perhelatan perdana Sundance Film Festival:Asia 2021 ini cukup mengakses SundanceFilmFestivalAsia.org mulai tgl.15 September 2021 untuk pembelian tiket. Adapun harga tiketnya adalah :
- Rp 30.000 – Tiket Single Screening
- Rp 85.000 – Tiket Explorer untuk akses ke semua screening
Yuk, kita saksikan rame-rame.
Welcome to Penerjemah Dokumen