Kenali Gejala Kanker Hati Stadium Awal Bisa Tingkatkan Harapan Hidup
Beberapa waktu lalu aku cukup terkejut dengan berita-berita di sosial media tentang Artis Gary Iskak yang diberitakan masuk rumah sakit. Foto-foto beliau yang banyak beredar dengan tampilan sangat kurus, mata cekung, dan selang infus saat opname di rumah sakit.
Bagaimana aku tidak terkejut, Gary yang dulu sering aku lihat di TV dalam keadaan bertubuh tinggi tegap dan tampan. Namun sekarang yang aku lihat malah kebalikannya. Dan ternyata beliau menderita kanker hati stadium lanjut.
Ironis sekali. Apalagi Gary tidak menyadari penyakitnya itu sampai stadium lanjut. Beruntung Gary masih memiliki harapan hidup setelah menjalani serangkaian pengobatan dan terapi. Dan saat ini kesehatannya berangsur membaik.
Mengapa Mengenali Gejala Kanker Hati Stadium Awal itu Penting?
Pada Selasa kemaren tgl.28 September 2021, aku mengikuti Webinar Kesehatan yang diadakan oleh Roche Indonesia dengan tema Peran Deteksi Dini dan Terapi Inovatif Imunoterapi untuk Kesintasan Hidup Pasien. Acara ini untuk memperingati 125 tahun Roche hadir di dunia kesehatan dan 50 tahun hadir di Indonesia.
Dalam webinar ini hadir beberapa Pakar di bidang kesehatan terutama kanker dan juga penyintas kanker hati serta komunitas dan media.
Sesuai tema webinar ini, bahwa deteksi dini atau mengenali gejala kanker hati lebih awal sangatlah penting. Seperti pengalaman dari Ibu Erla Watiningsih dari komunitas Peduli Hepatitis yang suaminya meninggal karena kanker hati menuturkan bahwa sangatlah penting untuk melakukan deteksi dini tehadap gejala kanker hati agar harapan hidup penderita bisa lebih besar.
Ibu Erla menuturkan bagaimana awalnya suami terdeteksi kanker hati. Dan semuanya terjadi begitu cepat sampai suaminya akhirnya meninggal dunia setahun setelah vonis kanker hati. Sama seperti kejadian Gary Iskak tadi yang membuat banyak orang kaget dengan kemunculan yang tiba-tiba sudah sangat kurus dan pucat.
Awalnya Ibu Erla dan suami mendapati bayi mereka yang baru lahir mengalami kondisi bayi kuning. Lalu dokter melakukan screening pada Ibu Erla dan suami untuk mendeteksi adanya kelainan hati yang menyebabkan bayi mereka mengalami kondisi kuning.
Hasilnya, suami Ibu Erla positif mengidap hepatitis B sementara Ibu Erla negatif. Tidak ada gejala apapun yang dirasakan oleh suami Ibu Erla sampai beberapa tahun kemudian dokter mendiagnosa bahwa suami Ibu Erla terkena kanker hati stadium lanjut.
Minimnya pengetahuan dan edukasi tentang penyakit kanker hati membuat Ibu Erla dan suami kurang menyadari dan mengenali gejala awal hepatitis. Bahkan mereka masih santai-santai saja walaupun suami positif hepatitis B.
Alhasil, Ibu Erla dan suami tidak melakukan pemeriksaan rutin maupun upaya memperbaiki gaya hidup untuk menurunkan risiko kanker hati di kemudian hari. Padahal, pengidap hepatitis mempunyai factor risiko paling tinggi untuk mengidap Karsinoma Sel Hati (HCC = hepatocellular carcinoma) atau kanker hati.
Karena itulah mengenali gejala kanker hati pada stadium awal sangatlah penting. Dan hal itu bisa dilakukan melalui screening dan surveilans terhadap orang-orang berisiko tinggi mengidap kanker hati.
Apa saja Gejala Kanker Hati Stadium Awal?
Banyak orang yang tidak menduga kalau dia mengidap kanker hati stadium awal. Hal ini karena kanker hati stadium awal tidak menunjukkan gejala yang menyakitkan. Bahkan gejala yang muncul mirip dengan penyakit lain.
Salah satunya adalah rasa nyeri pada perut yang sangat menyerupai gejala penyakit maag. Karena itu, kalau tubuh kita mengalami gejala-gejala yang tidak biasa dan terus menerus, jangan sembarangan mengkonsumsi obat. Segera ke dokter atau rumah sakit untuk melakukan screening organ tubuh yang mengalami gejala penyakit.
Selain gejala menyerupai sakit maag, ada beberapa gejala lain yang menjadi indikasi seseorang itu menderita kanker hati seperti pada gambar berikut.
Edukasi Berkelanjutan agar Masyarakat Kenali Gejala Kanker Hati Stadium Awal
Tidak bisa dipungkiri, Kanker Hati benar-benar menurunkan kualitas dan harapan hidup. Bukan hanya bisa berakibat fatal akan kematian tapi juga terkurasnya keuangan keluarga akibat pembiayaan pengobatan kanker hati yang mahal dan dalam jangka waktu yang lama.
Seperti Ibu Evy Rachmad seorang penyintas kanker hati menceritakan bagaimana perjuangan beliau dalam melakukan pengobatan dengan biaya sendiri bahkan sampai ke luar negeri. Itulah mengapa beliau pun berharap agar pengobatan kanker hati dapat masuk ke dalam pembiayaan pemerintah.
Karena itulah untuk mencegah penurunan kualitas hidup seperti ini, sangat perlu memberi edukasi yang berkelanjutan dan melibatkan berbagai pihak untuk memberikan edukasi dan arahan kepada masyarakat umum perihal kanker hati. Terlebih edukasi tentang gejala kanker hati yang umumnya tidak muncul dan banyak masyarakat yang tidak menyadarinya.
Hal ini yang sering menjadi pengamatan oleh dr.Irsan Hasan, spesialis gastroenterohepatologi selama dia banyak menangani kasus kanker hati. Katanya, kebanyakan pasien kanker hati yang datang itu selalu sudah pada stadium lanjut. Padahal, pada keadaan stadium lanjut itu, bukan hanya terbatasnya pilihan pengobatan yang ada di Indonesia tapi juga harapan hidup yang menipis.
Itulah yang menjadi dasar dan fokus pada forum diskusi ini yaitu memberikan edukasi pada masyarakat. Dengan melibatkan berbagai pihak, ajakan dan informasi ini bisa lebih luas sampai kepada masyarakat banyak. Kita tahu saat ini Sosial Media dan Internet menjadi lahan sumber informasi kesehatan masyarakat yang begitu mudah dijangkau.
Namun informasi yang diberikan bukanlah untuk menakut-nakuti masyarakat. Hanya untuk mengajak agar rutin melakukan pemeriksaan pada pasien berisiko tinggi kanker hati. Sehingga, semakin banyaknya masyarakat mengetahui pentingnya mengenali gejala awal kanker hati dan tindakan apa yang harus dilakukan saat ada gejala, kualitas hidup pasien bisa meningkat dan juga dapat menekan angka kematian. Dan yang lebih penting lagi, biaya pengobatan tidak banyak menguras keuangan keluarga.
Imunoterapi Kanker Hati Roche Bantu Tingkatkan Kesintasan Pasien Kanker Hati
Dalam kesempatan ini, PT Roche Indonesia mengumumkan sebuah kabar gembira untuk masyarakat Indonesia terutama untuk pasien kanker hati yaitu,
Obat imunoterapi atezolizumab dengan kombinasi bevacizumab telah
mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk pengobatan pasien kanker
hati tipe karsinoma sel hati stadium lanjut atau yang tidak dapat dioperasi dan belum pernah mendapatkan
pengobatan sebelumnya. Persetujuan BPOM untuk imunoterapi pertama pada terapi kanker hati ini
menandai era baru pengobatan kanker hati yang merupakan penyakit yang berkembang cepat.
Dalam harapannya Dr.Ait-Allah Mejri sebagai Presiden Direktur Roche Indonesia mengatakan kiranya terobosan ilmu kedokteran seperti Imunoterapi ini bisa sampai kepada masyarakat luas. Sehingga ada rasa aman dan harapan yang lebih besar dari pasien kanker hati. Dan memang sudah menjadi fokus Roche selama 125 tahun ada dalam Industri Farmasi dunia dan 50 tahun di Indonesia, yaitu salah satunya mengubah hidup pasien menjadi lebih baik. Pastinya melalui terobosan pengobatan yang terus dilakukan oleh Roche.
Akhir kata, Imunoterapi Atezolizumab memang memberi sebuah kegembiraan yang lebih besar untuk harapan hidup pasien kanker hati. Namun, edukasi terhadap masyarakat akan pentingnya melakukan pemeriksaan baik screening maupun surveilans untuk mengenali gejala kanker hati pun merupakan kunci dalam perbaikan kesintasan pasien.
Sebagai insan yang juga ingin melihat ada peningkatan harapan hidup masyarakat terutama yang berisiko tinggi kanker hati, yuk ikut menyebarkan informasi edukasi yang benar dan akurat.