Kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa untuk Semua sebagai Tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2021
Tau gak sih kalau setiap kita itu pasti pernah mengalami gangguan kejiwaan. Kamu mungkin gak percaya tapi itu nyata. Perubahan mood, tiba-tiba marah, atau sulit tidur bukan karna kafein atau kelamaan tidur siang, merupakan gejala gangguan kejiwaan ringan. Karena itu jangan pernah sepele dengan masalah Kesehatan Jiwa.
Setiap tanggal 10 Oktober Dunia memperingatinya sebagai hari Kesehatan Jiwa. Hal itu menandakan betapa pentingnya memiliki jiwa yang sehat. Namun bukan berarti kita bisa mengesampingkan masalah kesehatan tubuh.
Seperti sebuah ungkapan yang sudah sangat kita kenal yaitu,
Mens Sana in Corpore Sano yang artinya Dalam Tubuh Yang Sehat terdapat Jiwa Yang Kuat.
Nah, dari ungkapan di atas bisa kita lihat kalau di dalam tubuh manusia harus ada jiwa yang kuat dan sehat dulu, baru selanjutnya tubuh yang sehat akan terbentuk sempurna.
Itulah sebuah proses dan tujuan yang sebenarnya dalam membentuk suatu kelompok masyarakat yang kuat tubuh dan jiwanya untuk membentuk sebuah bangsa yang tangguh.
Begitupun Indonesia yang mempunyai Tema Peringatan Hari Kemerdekaan 2021 yaitu Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Harapan mempunyai bangsa yang kuat dan tangguh berawal dari pertumbuhan jiwa dan tubuh yang kuat.
Stigma dan Perlakuan Buruk Terhadap ODGJ
Sayangnya, tidak semua orang Indonesia itu mempunyai jiwa yang sehat walaupun sehat secara fisik. Orang-orang seperti ini termasuk ke dalam kelompok ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Dan banyak dari para ODGJ ini menutup rapi ketidaksehatan tersebut hanya karena takut mengalami perlakuan berbeda dari masyarakat umum saat tahu kalau mereka mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Banyak yang beranggapan kalau orang dengan gangguan jiwa itu sama dengan orang gila. Sadis sih. Bahkan kalau ada orang yang mendatangi sebuah klinik psikolog hanya untuk konsultasi pun sering dianggap orang kurang waras.
Ya, masih sulit untuk bisa memperbaiki stigma buruk ini. Dan bahkan bukan hanya memperbaiki stigma buruk terhadap ODGJ tapi juga perlakuan yang tidak setara dengan masyarakat lain yang sehat jiwanya.
Beberapa kali aku pernah menemukan bagaimana perlakuan manajemen perusahaan terhadap karyawan yang sudah nyata mengalami sakit jiwa. Tekanan dan amarah menjadi cara yang banyak dilontarkan kepada karyawan dengan gangguan jiwa dengan harapan mereka dapat berubah.
Padahal, yang namanya sakit pasti butuh pengobatan dan perawatan. Bukan semakin menambah kesakitan mereka dengan perlakuan buruk seperti tekanan dan amarah tadi. Karena itu tidak jarang banyak yang semakin sakit atau bahkan bunuh diri akibat tidak kuat menahan rasa sakit.
Disitulah dibutuhkan pengetahuan yang baik dalam menangani para ODGJ baik dalam dunia kerja maupun kehidupan bermasyarakat pada umumnya. Bukan hanya kesabaran yang ekstra dan juga empati tapi harus ada visi dalam memberdayakan para ODGJ sesuai dengan kemampuan dan kondisi kesehatan jiwa.
Kenali Gejala Gangguan Kesehatan Jiwa
Seseorang yang sedang mengalami gangguan jiwa atau bahkan sedang sakit jiwa bukan berarti dia itu gila dan hilang kewarasan. Bisa saja dia mengalami gangguan jiwa karena masalah keuangan yang berat, masalah pernikahan yang gagal, atau pun masalah dengan target pekerjaan yang tidak masuk akal. Dan perlu kita pahami kalau tidak semua orang mempunyai ketahanan jiwa yang sama kuatnya dalam menghadapi guncangan.
Sama seperti daya tahan tubuh. Setiap orang mempunyai sistem daya tahan tubuh yang berbeda. Ada orang yang baik-baik saja walau sudah basah kuyup kehujanan. Ada yang langsung pilek hanya kena angin malam sebentar.
Begitupun dengan kekuatan jiwa setiap orang. Ada orang yang bisa tetap fokus bekerja di tengah banyaknya masalah hidup. Dan dia tetap baik-baik saja memikirkan jalan keluar satu per satu masalahnya. Namun ada yang begitu stres sampai mau bunuh diri hanya karena ada karyawan baru yang menggeser kepopulerannya di kantor.
Awalnya gangguan jiwa itu berasal dari kesulitasn mengendalikan stress atau depresi. Tidak semua orang yang stres mengalami gangguan jiwa. Namun apabila seseorang menjadi sulit beraktifitas atau bahkan begitu trauma untuk melakukan sesuatu hal karena pengalaman buruk di masa lalu, bisa jadi orang tersebut sudah mengalami gangguan jiwa.
Nah, kita perlu tahu gejala atau tanda seseorang mengalami gangguan jiwa supaya mendapatkan treatment untuk mengurangi gejalanya atau mencegah efek lebih buruk. Berikut beberapa gejala gangguan jiwa ringan :
- Gangguan Tidur.
- Mood dan Kepribadian yang berubah.
- Sulit Fokus.
- Lesu dan hilang semangat.
- Perubahan Pola Makan.
- Melakukan hal-hal yang bisa membahayakan diri.
- Mulai menarik diri dari lingkungan.
- Tidak lagi suka berkumpul dengan komunitas seperti biasanya.
- Wajah dan ekspresi selalu murung atau datar.
- Mulai malas menjaga kebersihan diri.
- Mulai suka berhalusinasi atau mengalami delusi.
- Mengalami rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu, biasanya bagian leher dan pundak.
Tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2021 : Kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa untuk Semua
Adanya stigma buruk, tidak meratanya pelayanan dan pengobatan, dan perbedaan perlakuan masyarakat terhadap para penyandang disabilitas mental ini lah yang menjadi tema atau fokus utama Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2021.
Seperti pada Webinar Temu Blogger dengan Kemenkes tgl.6 Oktober 2021 lalu, para narasumber menjelaskan pandangan mereka sesuai bidang masing-masing tentang pentingnya kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa untuk semua.
Tidak banyak yang paham bahwa gangguan jiwa bahkan bisa muncul sejak dari dalam kandungan. Bagaimana seorang Ibu menjalani kehamilannya, apakah dengan penuh tekanan atau sukacita. Biasanya janin yang dikandung oleh ibu yang selalu tertekan dan menderita juga mengalami perkembangan emosi da otak yang kurang baik.
Dalam hal penanganan terhadap ODGJ pun masih banyak kekeliruan. Bahkan ada keluarga yang tega mengurung atau memasung para ODGJ tersebut. Bayangkan saja, betapa mereka semakin tertekan. Padahal dengan penanganan yang baik, mereka pun dapat diarahkan untuk bersikap seperti orang yang sehat jiwanya.
Memang butuh kesabaran ekstra untuk bisa menjadi sahabat bagi para ODGJ. Dan seperti pasien penyakit lain, mereka ini pun perlu mendapatkan perawatan dan pengobatan rutin untuk memantau perkembangan kejiwaan mereka. Jadi bukan berarti karena mereka sakit jiwanya lantas mendapatakan perlakuan berbeda dari pasien penyakit lain.
Para penyandang disabilitas mental ini pun mempunyai hak yang sama seperti kita yang sehat jiwanya, terutama dalam hal :
- Hak Kesehatan
- Hak atas Pekerjaan.
- Hak untuk Bekerja dan Berusaha Mandiri.
Dan untuk ketiga hak diatas sudah diatur dalam undang-undang yang sah.
Karena itu pemerintah melalui Kemenkes dan berbagai pihak dari Kementerian dan Lembaga terkait mengajak komunitas dan juga para blogger untuk mensosialisasikan lebih luas lagi ke masyarakat umum perihal Kesetaraan ini.
Dengan terciptanya sinergi yang baik dari berbagai pihak ini, tantangan-tantangan dalam masalah kesehatan jiwa di Indonesia bisa teratasi. Dan semakin banyak para ODGJ yang berani bersuara tentang kesakitan dan kebutuhan mereka tanpa rasa takut atau malu.
Kesimpulan
Perwujudan Kesetaraan dalam Kesehatan Jiwa untuk semua bukanlah hal yang mustahil. Hanya jika semua elemen masyarakat termasuk pemerintah bisa lebih sadar akan kebutuhan para penyandang disabilitas mental ini.
Mereka butuh kita yang mau :
- Mendengar keluh kesah.
- Membantu menghilangkan trauma.
- Menerima segala kekurangan tanpa ejekan dan candaan tentang sakit mereka.
- Membuka tangan untuk memeluk dan memegang tangan.
Yuk, membuka diri menjadi sahabat bagi ODGJ. Semoga jangan lagi ada terdengar seseorang bunuh diri hanya karena kesepian. Atau dipecat hanya karena sering mengalami stress trauma masa lalu. Semoga juga layanan pemeriksaan kesehatan dan juga obat-obatan untuk mereka semakin tersedia dengan baik.
Semoga Indonesia semakin tangguh dalam bertumbuh dengan semakin banyaknya masyarakat berjiwa sehat dan kuat menghadapi berbagai perubahan hidup.
[…] Tuhan, ketakutan dan gangguan mental itu berangsur hilang dan di tahun-tahun berikutnya aku menerapkan self therapy yang sama supaya aku […]