Secarik Cerita

Mengenal Kusta Lebih Dekat, Hapus Stigma Dan Diskriminasi untuk Indonesia Bebas Kusta

Kenalan Sama Kusta yuk…

Kusta. Dikenal juga dengan Lepra dan ada lagi nama lainnya yaitu Penyakit Hansen (Morbus Hansen). Buat aku pribadi, memang belum punya pengalaman bergaul dekat dengan penyintas kusta. Namun, kusta bukanlah hal asing buatku.

Sumber : kompas.com

Gambaran penyakit kusta aku dapatkan melalui kitab suci agamaku. Di situ selalu digambarkan betapa penderita penyakit kusta itu sangat hina dan memalukan. Karena kusta itu seperti sebuah kutukan dari Tuhan sebagai akibat dari sebuah dosa besar. 

Gambaran yang aku dapatkan dari cerita-cerita tersebut seperti penderita harus memisahkan diri dan mengasingkan supaya tidak menularkan penyakitnya ke orang lain. Belum lagi kondisi fisik yang menurutku mengerikan yaitu kulit yang memutih bahkan ada tokoh yang mengatakan putih seperti salju.

Well, daripada penasaran ketakutan gak jelas, berikut ciri-ciri umum penyakit kusta :

  1. Baal yaitu kulit sebagai indra perasa tidak lagi bisa merasa seperti rasa panas, rasa dingin, rasa akibat sentuhan, bahkan rasa sakit. Bisa dibilang kulit jadi kebal rasa.
  2. Sendi-sendi yang terasa nyeri.
  3. Muncul ruam pada kulit.
  4. Penurunan berat badan.
  5. Munculnya bisul-bisul yang tidak terasa sakit.
  6. Bentuk wajah mengalami perubahan.
  7. Kulit mengalami kehilangan kelembabannya.
  8. Rambut dan bulu pada bagian tubuh tertentu bisa rontok.

Secara kasat mata, kusta memang benar-benar merusak penampilan juga kesehatan. Jadi wajar sih kalau banyak orang yang takut tertular penyakit yang sering disebut sebagai penyakit kutukan. Duh…seram ya istilahnya.

Kusta itu Kutukan Turun Temurun dan Tidak Bisa Disembuhkan. Fakta atau Mitos?

Dua mitos diatas itu sangat santer di tengah masyarakat. Karena mitos itu pula, setiap penderita pasti akan dijauhi oleh keluarga maupun masyarakat sekitar. Bahkan, keluarga penderita pun bisa kena imbas dijauhi masyarakat sekitarnya loh.

Padahal, faktanya tidak semengerikan itu. Beruntung aku mendapatkan penjabaran singkat namun jelas dari sebuah webinar. Jadi aku tidak perlu was was setiap kali ada penderita kusta, namun tetap mawas diri dari risiko tertular kusta.

Bukan suatu kebetulan juga aku ikut webinar yang diadakan oleh KBR dengan tema Bahu Membahu Untuk Indonesia Sehat dan Bebas Kusta dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional pada tanggal 24 November 2021. Aku tertarik mengikuti webinar ini karena jarang ada ruang publik yang mengangkat tema tentang Kusta. Dan lebih menarik lagi webinar ini melibatkan para blogger yang nantinya bisa menggaungkan semangat Indonesia Bebas Kusta.

www.kbr.id

Oiya, dalam kesempatan ini KBR juga mengajak dua narasumber yaitu dr.Febrina Sugianto yang merupakan Junior Technical Advisor NLR Indonesia dan Eman Suherman yaitu Ketua TJSL PT Dahana (Persero).

NLR Indonesia sendiri merupakan organisasi non pemerintah (NGO) yang fokus pada penanganan penyakit kusta dan inklusi bagi orang yang mengalami disabilitas akibat menderita kusta.

Sedangkan PT Dahana (Persero), adalah perusahaan BUMN yang mempunyai program kepedulian kesehatan masyarakat berupa kolaborasi dengan Dinas Kesehatan dalam kampanye pemberantasan kusta.

Nah, dari kedua narasumber tadi aku mendapat penjelasan bahwa kedua mitos tadi tidak 100% benar ya.

Kabar Gembira atas Stigma Kusta 

Kusta tidak sepenuhnya turun menurun. Walaupun orang dengan riwayat keluarga penderita kusta memiliki risiko lebih besar terkena kusta. Karena kusta disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium leprae. Jadi jika seseorang menjaga kesehatan dengan baik dan menjauhi kontak langsung dengan penderita kusta maka kemungkinan kecil terkena tertular kusta.

Dan yang lebih menggembirakan lagi adalah bahwa Kusta itu bisa sembuh. Dengan catatan, mendapatkan penanganan sedini mungkin untuk mencegah semakin parahnya infeksi yang bisa menyebabkan komplikasi yang merusak fisik dan kesehatan. Terapi pengobatan yang diberikan adalah terapi multiobat (Multi Drug Therapy/MDT).

NLR Indonesia menjelaskan bahwa pemerintah sendiri melalui kementerian kesehatan memiliki program pengendalian kusta dan untuk pengobatan kusta juga GRATIS di puskesmas loh. Nah, gak ada alasan lagi untuk bisa sembuh dari kusta karena masalah biaya pengobatan. Selain pengobatan gratis di puskesmas, ada juga kegiatan pencegahan kusta dengan memberi obat pencegah kepada kontak atau komunitas di wilayah endemis kusta. Wah…wah…tenang rasanya dengan adanya sosialisasi program seperti ini.

Indonesia Pasti Bisa Bebas Kusta

Pasti bisa dong…

Dengan syarat, membuang ketakutan berlebih akibat stigma terhadap kusta dan menggantinya dengan sikap siaga ketika merasakan gejala kusta atau melihat orang dengan gejala kusta untuk segera ke puskesmas atau dokter mendapat penanganan sedini mungkin.

Gak perlu langsung mengurung diri atau menjauhi orang yang bergejala. Cukup menghindari kontak langsung atau tidak berdekatan.

Sedangkan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat kusta terlebih lagi cacat fisik, kita bisa menerapkan 3 M yaitu :

  1. Memeriksa secara detail terhadap perubahan pada bagian mata, wajah, tangan, jari-jari tangan, kaki, dan jari-jari kaki.
  2. Merawat bagian tubuh yang sudah terdampak sesuai gejala yang muncul. Contohnya, jika gejala mata kering, bisa dengan pemberian obat tetes mata yang mengandung saline (air garam) dan rutin meletakkan kain lembut yng sudah dibasahi ke atas mata yang tertutup.
  3. Melindungi bagian tubuh yang terdampak tadi. Dari contoh pada poin no.2 yaitu gejala dengan mata kering, maka perlindungannya adalah memakai kacamata hitam. Kacamata hitam berguna untuk melindungi mata dari goresan debu atau polusi yang bisa berujung pada kebutaan.

Kita sudah tahu tentang pencegahan kusta, program pemerintah terhadap penanganan kusta, dan juga berita gembira atas stigma kusta. Selanjutnya tinggal semangat dan aksi bersama untuk mewujudkan Indonesia Bebas Kusta.

Yuk bisa yuk…

Referensi :

  1. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/mitos-dan-fakta-seputar-penyakit-kusta
  2. https://nlrindonesia.or.id/sejarah-kami/
  3. https://dahana.id/sustainable-id-id/csr-id/kolaborasi-dengan-dinas-kesehatan-dahana-kampanyekan-pemberantasan-kusta/
  4. https://hellosehat.com/penyakit-kulit/infeksi-kulit/mencegah-cacat-akibat-kusta/?amp=1

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

artikel yang bermanfaat mba henny

salam sehat

Hastira

makasih sharingnya

Efi Fitriyyah

Paparanya mengalir, enak dibacanya. Jadi inget dulu waktu SD pernah dapat materi tentang penyakit kusta ini tapi sekilas aja. Lalu seolah-olah menghilang ga ada lagi penderitanya. Mungkin karena kurang yang membahas masalah ini, ya. Semoga semakin banyak yang aware setelah acara ini dan penanganan san sikap terhadap terhadap penyandang kusta jadi lebih baik lagi
Salam 🙂

Fanny_dcatqueen

Dulu akupun serem kalo udah denger kata kusta mba. Malah sampe pernah lihat ibu2 yg tangannya belang2 dan langsung mikir jelek aja. Padahal itu penyakit kulit memang, tapi samasekali bukan kusta :(. Nyesel karena dulu masih picik mikirnya.

Semoga aja sih dengan makin terbukanya wawasan ttg kusta ini, ditambah kita semua jaga kebersihan, bener2 bisa terhindar dari penyakit ini.

Eva Arlini

wah, senang baca tulisannya mbak. bisa datang info yang cukup memadai tentang penyakit kusta. semoga Indonesia bisa bebas kusta ya.. aamiin

[…] Mengenal Kusta Lebih Dekat, Hapus Stigma Dan Diskriminasi untuk Indonesia Bebas Kusta Salah satu konten artikel di blogku yang membahas tentang penyakit Kusta […]

[…] melihat kegiatan dan antusiasme ibu-ibu PKK Kab.Tegal bersama Babinsa Tegal dalam memberantas stigma tentang kusta di tengah […]

7
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x